mencoba menulis cerpen

Puluhan gerbong yang ditarik kereta uap itu telah tiba di stasiun. Asap hitam tak henti – hentinya mengepul dari ujung cerobong. Menaburkan semburan debu ke muka para penumpang yang baru turun. Ratusan orang yang sedari tadi menunggu buru – buru melangkah masuk.kucing – kucing menyusup di antara kaki diikiuti puluhan ayam coklat gemuk yang kesemuanya betina. Peluit dibunyikan, dan kereta kembali melesat meneruskan perjalanan.
Seorang gadis terdiam menatap kepergian kereta. Di sela – sela penumpang yang baru turun, bola matanya berputar mencari seseorang. Wajahnya terlihat kumuh. Pakaiannya jelas sekali lusuh.rambut panjangnya kelihatan sekali kalau tidak pernah dirawat. Tanpa alas kaki, dia harus berkali – kali mengrenyitkan hidung ketika menginjak kotoran hewan – hewan liar.
Gadis itu berdiri. Kembali menyusuri jejak orang – orang yang pertama kali turun dari kereta. Sekilas dilihatnya sekali lagi secarik kertas yang bertuliskan nomor kereta. 12MON. Nomor penentuannya. Dia berlari melihat jadwal kereta yang bertuliskan : Madagascar, 17.00 p.m. Benar. Tapi kenapa... desahnya.
Dihelanya napas kesal. Sudah lima belas tahun sejak kedatangannya di stasiun ini setiap hari hanya untuk menunggu seseorang yang menjadi tenaga sukarela nun jauh di sana. Dipandanginya foto lelaki berwajah tirus di balik secarik kertas yang tadi dilihatnya. Tanpa sadar, air mata menetes melintasi pipi, menyapu bersih debu yang dilalui. Dia beranjak pergi.
Sampai di rumahnya seseorang lelaki telah menunggu. Ditatapnya wajah itu dingin. Tanpa mempedulikan penampilan si gadis yang kumuh, lelaki itu beranjak dari tempat duduk dan menggenggam tangannya. Memaksa dia menempatkan tubuhnya di sofa.
“ Rey...” panggil lelaki itu perlahan.

“mau apa kau ke sini. Hutangku padamu sudah terlunaskan bukan ?” Balas Reyna garang.


“aku tahu.. aku hanya ingin memastikan keadaanmu baik – baik saja”

“apa aku terlihat sakit ?” Sahut Reyna ketus.

“Tidak..tidak..”

“please. I don’t need you to worry about me.”

“baiklah kalau itu maumu” desah lelaki itu pelan. Lalu beranjak meninggalkan rumah Reyna.



Lelaki yang belakangan diketahui bernama Jason itu pergi dengan langkah gontai. Menuju rumahnya yang sejauh 100 meter dari rumah Reyna. Sesampainya di rumah Jason duduk termenung di tempat tidurnya lalu merebahkan diri. Menatap foto-foto di dinding. Berpikir dalam diam. Awalnya begitu indah buat Reyna. Remaja 17 tahun itu begitu bahagia ketika bertemu Ramon pertama kali saat duduk di bangku sekolah. Ramon teman baik Jason yang juga sahabat Reyna. Tak terasa tumbhlah benih cinta dalam Reyna dan Ramon. Membuat Jason yang sekian lama memendam cinta merasa hatinya hancur melihat mereka.

Jason menghela napas.

Tapi itu dulu. Sebelum keberangkatan Ramon menjadi tenaga sukarela di Suriname yang sampai sekarang tak ada kabarnya. Ramon memang pecinta lingkungan. Bisa dikata dia adalah seorang humanitarian. Tak terhitung berapa banyak organisasi kemanusiaan yang diikutinya. Sungguh jauh berbeda dengan Reyna kecil yang dikenal Jason suka memukul anak tetangga. Klise memang, tapi itulah cinta.

Malam kian larut. Jason melangkah keluar. Duduk di atas rerumputan lalu merebahkan dirinya. Kembali mengingat saat-saat indah bersama Reyna sebelum Reyna terganggu jiwanya. Menghitung bintang bersama. Bermain putri raja dengan Jason sebagai pelayan. Ya. Sejak kepergian Ramon jiwa Reyna tak lagi stabil. Reyna yang dulu cantik, pandai dan gesit kini tak lagi terawat. Rambut panjangnya yang dulu berkilau kini kusam. Wajah cantiknya hitam legam terbalut debu. Benar-benar bukan Reyna yang dulu.

Telpon genggam Jason berdering. Telpon. Dari Bunda Reyna. Dengan perasaan takut Jason menekan tombol.

“Halo..Bunda..” jason menelan ludah.

Apa yang dikhawatirkan Jason terjadi. Suara bunda Reyna terlihat panik.

“Jason.. tolong ! Reyna kambuh !”

Tak perlu waktu lama bagi Jason menanggapi panggilan itu. Segera dia berlari menuju rumah Reyna.

Nafasnya terengah-engah. Sampai di rumah Reyna Jason mendengar gadis itu berteriak melengking.

“Reyna nggak mau bundaaa.... Reyna nggak mauuu...”

Jason masuk tergesa. Dilihatnya dokter keluarga sedang berusaha menyuntik Reyna dengan obat. Semacam obat bius, Jason menduga.

“Tolong dokter, keluar dari sini !” perintah Jason tegas. Bertahun-tahun dia menjadi sahabat Reyna tentu Jason hafal betul kondisinya.

Dokter keluar. Diikuti bunda Reyna dan kakaknya, Marie.

Jason menutup kamar rapat. Dilihatnya Reyna tersungkur di sudut kamar dengan kondisi menyedihkan. Dia menjambaki rambut coklat panjangnya sendiri. Dan berusaha mencakar dirinya. Jason menatapnya dengan mata basah. Mendekati gadis itu perlahan-lahan dan menggenggam tangannya.

“Rey..”

Reyna menangis sesenggukan. Hanya Jason yang tahu betul kenapa Reyna sampai mengalami trauma sehebat ini. Karena dialah saksi dari semuanya. Perjalanan cinta Ramon dan Reyna. Di kamar ini pula Jason merekam kejadian saat Ramon merenggut keperawanan sahabatnya. Sebenarnya itu bukan masalah karena Jason tahu mereka melakukannya atas dasar saling cinta. Tapi yang membuat Reyna terpukul adalah ketika dia mengetahui ada jabang bayi di rahimnya dan Ramon tidak mau bertanggunga jawab dengan dalih menjadi sukarelawan di Suriname. Kejadian itu sudah 15 tahun berselang. Selama Reyna hamil Jason membawanya pergi dari rumah dengan alasan pindah di asrama untuk hidup mandiri. Kebetulan saat itu Reyna dalam tugas akhir di sekolah. Sungguh tidak ada yang tahu hal itu. Jason mengunci semuanya rapat-rapat.

Reyna memberontak. Menjerit sekuat-kuatnya. Jason ikut menangis.mendekap Reyna.

“Rey.. please.. it’s not you...”

“aku nggak tahu jason.. aku nggak tahu kenapa aku..” Reyna menangis keras-keras. Tak menyadari di luar bundanya juga ikut menangis.

Reyna menangis. Mengingat Ramon yang begitu tega pada dirinya. Mengingat semua kebaikan Jason. Rey sendiri tidak tahu kenapa dia sampai terperangkap pada dekapan Ramon atau Kuntilanak itu. Dia bahkan tidak mengakui anak yag dikandung Reyna. Jason. Jason lah yang melakukan semuanya untuk Reyna. Melarangnya menggugurkan kandungan. Menjaganya selama hamil. Menggenggam kuat tangannya saat dia melahirkan. Semua Jason.

Reyna memeluk Jason erat. Erat sekali. Dengan air mata tiada henti.



Malam yang panjang.

Reyna berhasil dibius dengan usaha Jason.


to be continued..
author : Nakel